Suasana inilah yang membuat setiap warga menjadi rindu akan kampong halaman. Selain teriakan Alae, keunikan lain sholat tarawih di negeri ini, ada pula zikir penutup yang membuat para jamaah hingga menetaskan air mata, karena dilantunkan dengan suara merdu dengan perasaan sebentar lagi Ramadhan akan berlalu.

“Ya Allah hu biha, ya Allah biha, Ya Allah bi husnil khatimah,” (Wahai Allah, dengan Mereka (Ahlul Bait), wahai Allah dengan mereka, wahai Allah, berilah akhir yang baik (Husnul Khothimah).

Zikir ini dilantukan sambil bersalaman sesama jamaah, keakraban sesama jamaah dalam suka dan cita terus terjaga.

“Belum ada keterangan resmi tentang kapan tradisi ini dimulai, namun semua ini merupakan warisan dari leluhur kami. Setiap sholat tarawih ada terikan Alae dan disudahi dengan zikir Ya Allah hu biha yang penuh hikmat itu,” ungkap Halid Pattisahusiwa anak negeri yang juga menjabat sebagai Camat Saparua Timur.

Menurut Halid, keberadaan tradisi dan segala bentunya ini sudah ada sejak zaman dulu, karena negeri ini menjadi salah satu pusat kekuasaan kerajaan Islam yang tersohor di zaman itu.

 “Yang jelasnya ini warisan dan sampai sekarang masih tetap dilestarikan di negeri ini. Dalam penuturan sejarah kita mengenal negeri ini menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Islam,” pungkasnya.

Warisan Islam

Menilik sejarah masuknya Islam di Pulau Saparua,  Negeri Siri Sori Islam dahulu  dikenal sebagai bagian dari Kerajaan Hunimoa, kerajaan Islam kecil di Saparua selatan, yang berbagi kekuasaan dengan kerajaan Islam Iha/Ulupalu-Amaiha di Hatawano/Saparua Utara.

Kentalnya, warisan syiar Islam yang ada di negeri ini, memang tidak bisa dipungkiri. Warga setempat menyakini negeri ini dengan sebutan ‘Sir’ (Rahasia).  Pasalnya, tidak banyak yang tahu asal muasal negeri ini terbentuk.  Banyak misteri yang belum terungkap.