BERITABETA.COM – Pecinta sepak bola tanah air kepincut dengan aksi heroiknya membelah sisi kanan lapangan. Pergerakannya begitu dinamis. Turun naik line pertahan dan membantu serangan di line depan, membuat sosok ini ibarat lokomotif di skuad  Timnas Indonesia.

Tak heran sang pelatih Shin Tae -yong tak pernah luput memasangnya di line up setiap pertandingan Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.

Satu hal yang kontroversi adalah sikapnya yang menuai tanya publik di tanah air, tak kalah Timnas Indonesia berlaga dengan Timnas Singapura di leg ke-2 semifinal Piala AFF, Sabtu 25 Desember 2021.

Sikap Asnawi Mangkualam, ke pemain Singapura, Faris Ramli, membuat banyak tanya. Saat Faris Ramli  gagal mengeksekusi tendangan penalti ke gawang Timnas Indonesia,  Asnawi nyosor di hadapan Faris Ramli, seakan mengucapkan sesuatu.

Asnawi Mangkualam dinilai mengejek pemain bernomor punggung 10 tersebut. Bahkan, Shin Tae-yong, dikabarkan sempat kecewa dengan sikap Asnawi Mangkualam yang dinilai tidak respek kepada Faris Ramli.

Shin Tae-yong mengancam Asnawi Mangkualam tidak akan dipanggil lagi ke timnas Indonesia apabila melakukan aksi tidak terpuji tersebut.

Teka-teki apa yang diucapkan Asnawi itu kemudian terungkap. Seperti dikutip dari bolasport.com, Asnawi saat itu menyampaikan ‘terima kasih’ kepada Farsi Ramli.

Lalu siapa Asnawi Mangkualam? Dari sejumlah sumber yang disadur beritabeta.com menyebutkan, Asnawai Mangkualam lahir dari darah sang legenda, Bahar Muharram.

Masih di usia muda, 21 tahun, ia kini disejajarkan dengan pemain top Indonesia lainnya di era sepakbola modern ini.

 

Asnawi Mangkualam, saat mengejek pemain Singapura, Faris Ramli

Asnawi lahir di Makassar, 4 Oktober 1999, dia bermain di posisi bek sayap kanan dan bisa juga ditaruh sebagai gelandang jangkar. Sama seperti pemain lainnya, dia sudah gemar bermain sepak bola.

“Sejak kecil saya dikenalkan dengan sepak bola oleh Ayah,” tuturnya seperti dikutip dari Fajar.co.

 “Layaknya anak kecil, nakalnya anak kecil, yang suka pulang terlambat kadang hingga malam, disitu saya suka dimarahi Ayah,” kenangnya.

“Tapi saya tahu, Ayah begitu karena sayang sama saya. Saya berterima kasih kepada beliau, dan tentunya Ibu juga. Karena orang tua saya itu selalu mendukung saya dan pilihan saya untuk bermain sepak bola,” tuturnya.

Dirinya memulai perjalanan karir sepak bolanya dari klub PSM Makassar Yunior, tahun 2014 hingga 2015, kemudia berlanjut ke PON Sulawesi Selatan di tahun 2015 hingga 2016.