Oleh : J.B Paillin, S.Pi, M.Si, (Direktur Survey Poros Riset Akademika)

Dukungan Murad Ismail (MI) kepada Aziz Hentihu di Pilkada Buru 2024 menjadi bahan diskusi dan referensi politik menarik. Sebagaimana kita ketahui MI dalam arena Muswil PPP di Swissbell Hotel Ambon 18 Juni 2021, MI menegaskan akan mendukung atau menjadikan Aziz sebagai Bupati Buru.

Pernyataan itu lantang beliau sebutkan saat memberikan sambutan sebagai gubernur Maluku dalam acara partai berlambang Ka’bah itu, terakhir pada tgl 19 Agustus 2021 bertempat di Gedung DPRD Maluku saat HUT Provinsi Maluku ke 76 dan juga bertepatan dengan ulang tahun Aziz  MI kembali mendoakan Aziz pada Pilkada 2024 akan menjadi yang terbaik di Buru.

Pernyataan terbuka itu awalnya ditegaskan MI sebelum Aziz terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPW PPP Provinsi Maluku, keesokan harinya (19/6).  

Sepertinya pernyataan MI tersebut sebagai apresiasi terbuka atas kondisi politik di Buru, karena bupati Ramly Umasugi (RU) akan mengakhiri masa jabatan periode keduanya pada tahun 2022.

Sebagai ketua partai, MI  tentu saja membaca perlunya wacana suksesi politik di beberapa daerah termasuk di Buru, dimana peluang koalisi dapat terjadi.  Diskusi itu tentunya membutuhkan figur politisi tertentu, yang dapat diterima dalam membangun platform kerjasama dalam koalisi politik.  

Hasil Pemilu 2019 lalu dari 25 kursi di DPRD Buru PDIP meraih 2 kursi sama dengan PKS, Nasdem, dan Gerindra. Sedangkan Hanura dan Perindo masing-masing 1 kursi.  

Peringkat perolehan kursi terbanyak diperoleh Golkar 8 kursi, PPP 3 kursi dan PKB 3 kursi. Untuk mengusung pasangan calon di Pilkada Buru dibutuhkan paling sedikit 5 kursi (20 % dari 25 Kursi ).

Namun  pada pencalonan Pilkada 2024 nanti akan ditentukan dari perolehan kursi partai politik hasil Pemilu 2024 di DPRD Buru. Artinya  konfigurasi perolehan kursi dari 25 kursi yang ada saat ini dapat berubah, sehingga tentu akan mempengaruhi arah koalisi partai.

Determinasi partai dalam perolehan kursi DPRD Buru akan memudahkan partai tersebut dalam mengusung calon.  Golkar tentu saja berada dalam situasi yang tidak mudah dalam Pemilu dan Pilkada 2024. Golkar akan menghadapi krisis figur jika RU mengakhiri masa jabatan Bupati pada 22 Mei 2022 nanti.

Santer RU sepertinya masih berambisi menjagokan anaknya, Gadis Umasugi atau ponakannya Rum Soplestuny (Ketua DPRD Buru). Tapi Kedua nama ini akan berhadapan dengan berakhirnya masa jabatan Bupati, yang jaraknya 2,5 tahun pada Pilkada 2024.

Jika di era solidnya Golkar Buru, pasangan calon yang diusung Golkar dan koalisi dihadang koalisi partai lain, bukan tidak mungkin RU punya hitungan lain saat ini. Bisa terbuka duet Aziz – Gadis atau Alternatif lainnya adalah Aziz - Rum sebagai cara RU menahan serangan dari kader internal yang ingin merebut restu DPP Golkar di Slipi, Jakarta.

Potensi faktor konflik internal dan tantangan eksternal seperti memungkinkan konfigurasi koalisi di Buru akan sama sekali berbeda dengan formasi 3 kali Pilkada sebelumnya. Aziz sendiri terbuka untuk di minati oleh sejumlah figur dalam Pilkada Buru untuk berpasangan dan membangun koalisi Pilkada Buru.

Dalam periode menjelang akhir masa jabatan di tahun 2022, pasangan RU dan Amustafa Besan belum juga harmonis. Mereka adalah refresentasi hubungan politik Golkar – PDI P sebagai dwi tunggal yang tidak solid dalam mengelola pemerintahan di Buru.

Sebagai bupati, RU cenderung dominan, dan tidak memberikan peran akomodatif kepada Amustafa. Masa jabatan mereka diwarnai intrik dan saling lapor.  Upaya untuk mencalonkan Amustafa sebagai calon bupati dari PDI P sepertinya tidak memiliki sumber daya cukup.  

Selain itu Buru bukan basis kuat PDI P seperti daerah lainnya, terutama di Kota Ambon, bisa jadi terkait hal ini selain kedekatan personal Aziz dengan MI tentu saja MI membangunnya dengan menyesuaikan dengan kondisi realistis PDIP dalam Pilkada Buru di 2024 nanti.  

Dalam kondisi demikian pernyataan MI memberi sinyal dukungan kepada Aziz memiliki warna politik tersendiri. Apabila pernyataan MI itu dimaknai secara lebih luas, dalam kepentingan koalisi yang lebih besar, akan memberikan resonansi politik yang besar kepada Aziz.

Hal ini memungkinkan dinamika politik di Buru, dalam strategi koalisi partai akan semakin konstruktif.

Kelihatannya Aziz akan menjadi katup koalisi politik yang menarik. Dia bisa berada di semua katup koalisi, termasuk dengan Golkar didalamnya.  Apalagi Golkar Buru cenderung tidak solid terutama pasca masa jabatan Bupati RU berakhir berbeda dengan Golkar dalam 3 kali Pilkada sebelumnya, dimana Golkar menjadi lokomotif partai paling solid.

Ini dampak dari akomodasi jabatan ketua DPRD antara Rum dengan Ikhsan Tinggapy dan Rum dengan Zaidun Saanun, yang sempat menimbulkan resonansi Politik Internal Golkar.